Bentrokan Demonstrasi di Kalimantan Selatan: Benarkah karena Kurangnya Respons dari DPRD Kalsel?
- POLITIK
- Frisca Randhika
FOTO: Ketua DPRD Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Dr (HC) H Supian HK SH MH
KOTA BANJARMASIN - Aksi demonstrasi mahasiswa di Kalimantan Selatan kembali menjadi sorotan setelah terjadi bentrokan fisik dengan aparat kepolisian. Aksi yang awalnya damai ini berubah menjadi ricuh karena mahasiswa merasa kecewa akibat tidak adanya respons dari anggota DPRD Provinsi Kalimantan Selatan.
Mahasiswa turun ke jalan dengan harapan bahwa suara mereka akan segera didengar oleh wakil rakyat, terutama di tengah isu krusial terkait putusan Mahkamah Konstitusi tentang Pilkada 2024. Sayangnya, tidak ada tanggapan yang memadai dari pihak DPRD, yang seharusnya berfungsi sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah, sehingga memicu ketegangan dan kekacauan.
Bentrokan ini mengungkap adanya jurang komunikasi antara mahasiswa sebagai representasi rakyat dan DPRD yang seharusnya mendengar dan melayani aspirasi masyarakat. Di tengah suhu politik yang memanas menjelang Pilkada, ketiadaan respons dari DPRD diduga menjadi faktor yang memicu terjadinya kekerasan.
Pada aksi Jumat (23/8/2024) lalu, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi mencoba menyampaikan aspirasi mereka di depan gedung DPRD Kalsel. Suripno Sumas, anggota DPRD Kalsel, sempat menemui para mahasiswa dan menawarkan untuk membawa poin tuntutan mereka ke pimpinan DPRD.
Namun, tawaran tersebut ditolak oleh perwakilan mahasiswa, yang bersikeras ingin masuk ke gedung DPRD untuk menyampaikan langsung aspirasi mereka. Ketegangan meningkat saat mahasiswa berusaha memaksa masuk, hingga terjadi dorongan terhadap Suripno Sumas, yang kemudian harus diamankan oleh petugas demi menjaga situasi tetap kondusif.
Situasi semakin memanas ketika massa mencoba menerobos barikade petugas dan melempari mereka dengan berbagai benda, termasuk ranting pohon dan batu. Akibatnya, beberapa petugas mengalami luka dan harus mendapatkan perawatan medis.
Meski bentrokan pertama berhasil diredam oleh aparat, situasi tetap tegang karena massa masih berkumpul di Jalan Lambung Mangkurat, Kota Banjarmasin. Aparat kepolisian terus melakukan pendekatan persuasif dan berkomunikasi dengan perwakilan mahasiswa.
Kapolresta Banjarmasin, Kombes Pol. Cuncun Kurniadi, meminta mahasiswa untuk tidak memaksa masuk ke gedung DPRD, namun upaya ini diabaikan oleh sebagian massa. Beberapa provokator diduga kembali memicu kericuhan dengan melempari petugas dan mencoba menerobos barikade. Dalam situasi yang semakin genting, polisi terpaksa mengambil tindakan untuk menjaga keamanan.
Beberapa demonstran yang diduga provokator ditahan sementara oleh petugas, meski kemudian mereka dilepaskan dan diizinkan pulang. Kapolresta Banjarmasin juga menegaskan bahwa pihak kepolisian bertanggung jawab penuh atas penanganan mahasiswa yang terluka selama aksi.